Sabtu, 30 Desember 2017

BISNIS INTERNASIONAL

Bisnis internasional

1. Kegiatan bisnis yang melibatkan lebih dari 1 negara
2. 2 Jenis kegiatan bisnis internasional: perdagangan internasional, pemasaran internasional

Perdagangan Internasional


  • Transaksi yang dilakukan antar negara dengan cara ekspor dan impor
  • Neraca perdagangan antar negara (Balance of Trade): Perbandingan jumlah ekspor dan impor dari suatu negara.
         Ekspor > Impor = surplus pada neraca perdagangan
         Ekspor < Impor = defisit pada neraca perdagangan
  • Neraca pembayaran (Balance of Payment): Besar kecilnya arus kas keluar masuk pada suatu negara)
          Neraca pembayaran = surplus (terjadi pertambahan devisa negara)
          Neraca pembayaran = difisit (terjadi pengurangan devisa negara)
Pemasaran Internasional
  • Transaksi yang terjadi antara satu perusahaan disuatu negara dengan perusahaan di negara lain.
  • Kegiatan: 
         1. pemasaran produk/jasa yang dihasilkan
         2. perusahaan mendirikan pabrik di negara lain untuk kegiatan produksi dan langsung dipasarkan disana.
  • contoh:
      1. Licencing                                              4. Marketing in Home
      2. Franchising                                           5. Join venture
      3. Manajement contracting                       6. Multinasional corporation
Tahapan Memasuki Bisnis Internasional
  • Ekspor Insidental
  • Ekspor aktif
  • Licencing
  • Franchising
  • Pemasaran di luar negri
  • Produksi dan pemasaran diluar negri
Hambatan dalam memasuki Bisnis Internasional
  • Batasan perdagangan dan tarif bea cukai
  • Perbedaan bahasa, sosial, budaya/kultural
  • Politik, hukum, dan perundang undangan
  • Hambatan operasional 

Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap social maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada, seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut, dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah fenomena dan strategi yang digunakan perusahaan untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSR dimulai sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability perusahaan.
Kegiatan CSR akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan. Hal ini disebabkan karena :
1.    Menurunnya gangguan social yang sering terjadi akibat pencemaran lingkungan, bahkan dapat menumbuh kembangkan dukungan atau pembelaan masyarakat setempat.
2.    Terjaminnya pasokan bahan baku secara berkelanjutan untuk jangka panjang.
3.    Tambahan keuntungan dari unit bisnis baru, yang semula merupakan kegiatan CSR yang dirancang oleh korporat.
Adapun 5 pilar yang mencakup kegiatan CSR yaitu:
1. Pengembangan kapasitas SDM di lingkungan internal perusahaan maupun lingkungan masyarakat sekitarnya.
2. Penguatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan wilayah kerja perusahaan.
3. Pemeliharaan hubungan relasional antara korporasi dan lingkungan sosialnya yang tidak dikelola dengan baik sering mengundang kerentanan konflik.
4. Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik
5. Pelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik, social serta budaya.

Berikut ini adalah manfaat CSR bagi masyarakat:
1.  Meningkatknya kesejahteraan masyarakat sekitar dan kelestarian lingkungan.
2.    Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.
3.    Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.
4.    Adanya pembangunan desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.
Berikut ini adalah manfaat CSR bagi perusahaan:
1.      Meningkatkan citra perusahaan.
2.      Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain.
3.      Memperkuat brand merk perusahaan dimata masyarakat.
4.      Membedakan perusahan tersebut dengan para pesaingnya.
5.      Memberikan inovasi bagi perusahaan

Rabu, 20 Desember 2017

Rasio keuangan



 


Pengertian Analisis Rasio Keuangan 

Analisis rasio keuangan adalah membandingkan nominal (angka-angka) yang terdapat pada laporan keuangan suatu perusahaan guna mengetahui posisi keuangan serta menilai kinerja manajemen dalam periode tertentu.
James C V Horne dalam Kasmir (2008: 104) mengartikan rasio keuangan adalah indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi yang diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainya.
Irawati (2005: 22) rasio keuangan adalah teknis analisis dalam bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu ataupun hasil-hasil usaha suatu perusahaan pada satu periode tertentu dengan cara membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan baik kolom neraca maupun laba rugi.

Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis rasio keuangan. Menurut Rahardjo (2007: 104) rasio keuangan perusahaan digolongkan menjadi lima kelompok yaitu:
1. Rasio Likuiditas (liquidity ratios) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.
2. Rasio Solvabilitas (laverage atau solvency ratios) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban baik jangka pendek atau jangka panjang.
3. Rasio Aktivitas (activity ratios) adalah rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas dalam penggunaan aktiva atau kekayaan (asset) perusahaan.
4. Rasio Profitabilitas dan Rentabilitas (probability rasio) adalah rasio yang menunjukkan tingkat perolehan keuntungan dibandingkan penjual atau aktiva.
5. Rasio Investasi (investment rasio) adalah rasio yang menunjukkan rasio investasi dalam surat berharga seperti saham dan obligasi.

Rumus Rasio Keuangan

1. Rasio Likuiditas

Fred Weston dikutip dari Kasmir (2008:129):  menyatakan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.
Dalam rasio-rasio likuiditas, analisa yang dilakukan adalah dengan menggunakan rasio sebagai berikut:
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Rumusnya adalah:
                                Aktiva  Lancar
Current ratio = ———————– x 100%
                               Hutang  Lancar
b. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
Rasio  cepat adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban atau utang lancar menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Rumusnya adalah:
                         Aktiva  Lancar −Persediaan
Quick Ratio = ——————————— x 100 %
                             Hutang  Lancar 
Catatan : Nilai ideal dari ketiga analisa rasio likuiditas ini ini adalah minimum sebesar 150%, semakin besar adalah semakin baik dan perusahaan dalam kondisi sehat.

2. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi / efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva (aset) yang dimilikinya.
Dalam analisa aktivitas rasio yang digunakan adalah:
a. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory turnover ratio)
Rasio perputaran persediaan, mengukur aktivitas atau likuiditas dari persediaan perusahaan.  Rumusnya adalah:
                                            Harga  Pokok  Penjualan
Inventory Turn-over = ——————————— x 1 kali
                                                       Persediaan 
        b. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio)
Perputaran total aktiva akan menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva nya untuk menghasilkan penjualan. Rumusnya adalah:
                                                 Penjualan
Total Asset Turn-over = ———————– x 1 kali
                                                 Modal  Aktiva 

3. Rasio Solvabilitas

Menurut Fred Weston dikutip dari Kasmir (150:2008),
Rasio Solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang dan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panajang apabila perusahaan dilikuidasi (dibubarkan). Rasio yang digunakan adalah:
a. Rasio Hutang Terhadap Aktiva (Total Debt to Asset Ratio)
Rasio ini mengukur seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau seberapa besar hutang perusahaan dapat berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Rumusnya adalah:
                                           Total  hutang
Debt to assets ratio = ———————– x 100%
                                          Modal  Aktiva
b. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)
Rasio ini akan menunjukkan hubungan antara jumlah utang jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik  perusahaan, untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor dengan pemilik perusahaan.
                                         Total  hutang
Debt to equity ratio = ———————– x 100%
                                          Modal  Sendiri

4. Rasio Profitabilitas

Menurut Sofyan Safri Harahap (2008:304),  “Rasio profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba  melalui seluruh kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya”.
a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Margin laba kotor merupakan ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan.
                                          Laba Kotor
Gross Profit Margin = ———————– x 100%
                                               Penjualan
b. Margin Laba Operasi (Operating Profit Margin)
Margin laba operasi adalah ukuran  persentase dari setiap hasil sisa penjualan setelah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak, atau laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Rumusnya adalah:
                                                  Laba  setelah  pajak
Operating Profit Margin = ———————– x 100%
                                                      Penjualan
c. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Margin laba bersih merupakan ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran, termasuk bunga dan pajak. Rumusnya adalah:
                                  Laba  setelah  pajak
Net Profit Margin = ———————– x 100%
                                           Penjualan





Sumber